Fernayou Blog - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni adalah keahlian
membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
sebagainya); karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Seni
memiliki banyak bentuk, salah satunya adalah gambar atau visual. Gambar atau
visual ini tidak jauh dari yang namanya desain. Seorang desainer gambar pada
zaman ini telah banyak dikenal sebagai desainer grafis. Namun, semenarik apakah
desain grafis saat ini? Seberapa pentingkah pekerjaan itu? Untuk itu, silahkan
membaca artikel berikut ini.
Introducing to Graphic Design
Sebelumnya, mari kita mengenal lebih dalam apa itu desain
grafis. Desain grafis adalah media komunikasi visual yang menggunakan gambar
untuk menyampaikan informasi dengan cara seefektif mungkin. Dalam hal ini,
sebuah teks juga disebutkan sebagai gambar. Teks juga merupakah hasil abstraksi
symbol-simbol yang dapat dibunyikan. Oleh karena itu, desain grafis kadang
bukan hanya tentang gambar, melainkan kadang-kadang tipografi yang ada juga
disebut sebagai desain grafis.
Biasanya, desain grafis digunakan untuk menyampaikan
informasi yang berhubungan dengan bisnis. Itu mengapa desain grafis juga
dikategorikan sebagai commercial art.
Sebuah perusahaan tentu akan memasarkan dan mengiklankan produknya dengan
sangat apik. Disinilah peran desainer grafis diperlukan. Salah satu tugas dari
desainer grafis adalah menciptakan media komunikasi dari maksud dan tujuan
produk tersebut dengan apik agar dapat menjaring audience. Semakin banyak
audience yang dapat dijaring, semakin banyak keuntungan yang didapat oleh
perusahaan tersebut.
Setiap hari, kita pasti telah melihat dan menikmati berbagai
karya dari para desainer grafis. Mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. Mulai
dari desain sprei, UI smartphone, desain laptop, baliho, buku, berbagai logo,
dan sebagainya. Setiap keindahan desain-desain tersebut dapat menjadi pencuci
mata kita. Namun tidak banyak juga yang mendesain produk dan sebagainya yang
–istilahnya- tidak ikhlas dalam desainnya. Mengapa? Karena desain tersebut
terkesan seperti ala kadarnya tanpa estetika yang jelas.
Sudah lumayan jelas bukan apa itu desain grafis dan
pekerjaan sederhana dari desainer grafis. Untuk penjelasan lebih lanjut,
silahkan terus baca artikel ini.
The History of Graphic Design
Sejarah adanya desain grafis tidak dapat dilepaskan dari
berbagai gambar yang digunakan untuk berkomunikasi. Gambar-gambar itu umum
digunakan pada era prasejarah. Manusia prasejarah menggunakan gambar dalam
berkomunikasi secara visual. Contoh gambar dari masyarakat prasejarah ini dapat
dilihat di Gua Lascaux, Prancis Selatan yang dipercaya ada sejak zaman
Paleo-Lithicum. Dalam gua tersebut terdapat berbagai gambar binatang dan
manusia prasejarah. Gambar-gambar ini dipercaya digunakan sebagai komunikasi
visual dan tujuan ritual. Dari cara mereka menggores, mengukur ukuran gambar,
dan memilih media, mereka sudah mulai mendesain.
Berlanjut ke zaman Mesir. Bangsa Mesir sudah mulai
menggunakan gambar sebagai sebuah tulisan. Mereka adalah salah satu bangsa
pertama yang menggunakan tulisan dalam bentuk gambar. Tulisan dalam bentuk
gambar ini lebih dikenal dengan Huruf
Hieroglyphe. Mereka menggunakan gambar-gambar tersebut untuk memberikan
informasi, peristiwa-peristiwa besar dalam zaman mereka, doa-doa, dan
sebagainya.
Berlanjut ke bentuk
aksara tulisan yang pertama kali digunakan oleh bangsa Punesia (±1000 tahun SM) yang saat itu menggunakan 22
bentuk huruf. Setelah itu, huruf-huruf itu disempurnakan oleh bangsa Yunani (±400 tahun SM) dengan mengubah
bentuk 5 huruf menjadi huruf hidup. Hal ini berlanjut hingga kejayaan kerajaan
Romawi yang menaklukan Yunani pada abad pertama. Hal ini membawa peradaban baru
dengan diadaptasikannya sastra, seni, agama, serta alphabet latin yang dibawa
dari Yunani. Pada awalnya alphabet yang ditetapkan Romawi berjumlah 21 huruf,
yaitu A, B, C, D, E, F, G, H, I, K, L,
M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X.
Huruf Y dan Z ditambahkan untuk mengakomodasi kata yang berasal dari Bahasa
Yunani. Tiga huruf tambahan, yaitu J, U,
dan W dimasukkan pada abad
pertengah. Hingga akhirnya total huruf yang dikenal adalah 26 bentuk huruf.
Maju sekitar 1000 tahun kemudian, yaitu awal millennium
kedua, ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa. Buku merupakan sebuah
tuntutan yang sangat tinggi. Namun saat itu, teknologi atau mesin cetak masih
belum ditemukan. Itu mengapa untuk menyalin satu buku diperlukan waktu
berbulan-bulan, karena proses penyalinan menggunakan tangan. Untuk mempercepat
dan meningkatkan efisiensi pekerjaan penyalin (scribes), maka lahirlah jenis huruf Blackletter Script. Jenis
huruf yang satu ini berupa huruf tipis-tebal dan ramping. Ketipis-tebalannya
dapat mempercepat kerja penulisan. Selain itu, bentuk yang indah dan ramping
dapat membuat huruf-huruf itu termuat lebih banyak di atas satu halaman buku.
Baru di tahun 1447, mesin cetak pertama ditemukan oleh Johannes Guterberg (1398-1468). Mesin
cetak ini digerakkan dengan model tekanan menyerupai desain yang digunakan
untuk menghasilkan anggur di Rhineland, Jerman. Ini dapat memungkinkan produksi
buku secara massal. Hal ini memicu ledakan informasi pada masa kebangkitan
kembali Eropa. Pada tahun 1450, Johannes Guterberg bekerjasama dengan pedagang
dan pemodal bernama Johannes Fust, dan dibantu oleh Peter Schoffer untuk
mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible”, atau
“42 Line Bible” yang diselesaikan
pada tahun 1456 di Mainz, Jerman. Cetakan tersebut menggunakan jenis huruf Texture Blackletter. Temuan Guterberg
ini memicu perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku.
Pada masa itu mulai banyak juga berkembang corak huruf (tipografi).
Ilustrasi-ilustrasi pada zaman itu cenderung realis dan tidak banyak icon.
Berlanjut ke tahun 1700-an hingga 1800-an dimana Aloys
Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda
dengan teknik cetak Guterberg, teknik cetak Litorafi menggunakan teknik cetak
datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara minyak dan air. Teknik ini
memungkikan pengambaran yang lebih luas dalam bentuk blok-blok besar serta
pemisahan warna. Pada masa inilah seni poster mulai berkembang dengan pesat.
Masa keemasan ini lebih dikenal dengan The Golden Age of The Poster.
The Grown of Indonesian’s Graphic Design
Perkembangan desain grafis di Indonesia dimulai dari zaman
kolonialisme. Pada masa pendudukan Belanda tersebut, pemerintahnya pernah
menunjuk beberapa seniman untuk melakukan studi landscape di Indonesia untuk
merekam eksotisme di Indonesia dan menuangkannya dalam bentuk karya gambar
lukisan yang berkesan romantic dengan teknik wood engraving dan lithografi.
Berangkat dari sinilah desain grafis mulai diperkenalkan secara tidak langsung
kepada rakyat Indonesia. Penguasaan teknik ini pun tidak dipelajari secara
khusus di akademik, melainkan secara otodidak di obrolan dan interaksi dengan
orang asing.
Mesin cetak pertama kali dibawa oleh para misionaris ke
Pulau Jawa pada tahun 1659. Namun karena tidak ada operatornya, masin itu
menganggur sampai berpuluh-puluh tahun. Tujuannya berkaitan dengan niat mereka
untuk mencetak kitab suci dan menerbitkan surat kabar berhaluan pendidikan
Kristen.
Pada tahun 1977, Gert Dumbar, seorang desainer grafis
Belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual di FSRD ITB.
Menurutnya desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi
juga moving image, display, dan pameran. Sejak tahun 1979,
istilah Desain Komunikasi Visual (DKV) mulai dipakai untuk menggantikan istilah
desain grafis.
Akhir 1970 dan seterusnya, mulailah tumbuh
perusahaan-perusahaan desain grafis yang sepenuhnya dipimpin oleh desainer
grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusaha-perusahaan ini mengkhususkan diri
untuk desain non-iklan. Perusahaan-perusahaan seperti Vision, Grapik Grapos
Indonesia, Citra Indonesia, dan GUA Graphic yang berkembang pada masa ini.
Selain itu, di Bandung juga sudah ada Design Center Decenta yang didirikan
tahun 1973 yang menangani seni grafis, sampul buku, kartu ucapan, logo,
kalender, pameran, dan elemen estetis gedung. Setelah itu, pada tahun 1980
terdapat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang cukup signifikat di
Jakarta, seperti Gugus Grafis, Polygon, dan Adwitya Alembana; dan di Bandung
ada Zee Studio, MD Grafik, Studio “OK!”, dll.
Ilustrasi menggunakan teknik air brush dengan gaya hyper-realism
dan Pop Art menjadi trend pada waktu itu, dengan majalah Tempo dan Zaman
yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya. Salah satu desainer yang
mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air
brush ini adalah Tony Tantra. Ia menggunakan kaos dengan label “Tony
Illustration” yang dijualnya di Bakungsari, Kuta pada akhir 1980-an. Ia
sebelumnya bersama Harrus Purnama dan Gendut Riyanto dulunya pengisi rubric Pop
Art di majalah Aktuil.
Menjelang akhir tahun 1990-an, konsepsi baru seni global
yang diberi tajuk postmodernisme yang terus digalakkan hingga sekarang ini
membawa arus perubahan yang kritis dan radikal pada seni rupa Indonesia, tidak
terkecuali dengan dunia desain grafis Indonesia. Penyampaian ide yang dimiliki
senniman pada karya dituangkan pada berbagai media dan material yang dianggap
tidak lazim, seperti halnya performance
art, instalasi, dan media lainnya yang unik. Seniman grafis tetap mencoba
memadukan teknik grafis dengan media asing yang dinamai instalasi; beberapa
lainnya tetap menyisipkan corak seni grafis dalam pembentukan karyanya pada
derasnya arus postmodernisme.
Lebih jauh lagi, eksplorasi seni grafis semakin berkembang
pesat mengikuti perkembangan teknologi yang memunculkan berbagai media cetak.
Banyak pihak yang tetap berpegang pada seni grafis konvensional karena dianggap
lebih bernilai dibandingkan dengan karya yang diciptakan melalui media cetak.
Hal ini dikarenakan mudahnya mereproduksi karya tersebut yang berakibat memberi
jarak semakin jauh antara seniman dengan karyanya sendiri. Namun kalangan
postmodernisme beranggapan bahwa penciptaan karya seni lebih kepada sejauh apa
seniman dapat mempertanggung jawabkan penuangan ide karyanya sendiri.
Dapat sedikit disimpulkan bahwa seni grafis Indonesia bukanlah
seni pinggiran atau seni ‘isapan jempol’ belaka. Seni ini dapat dipandang
sebagai seni yang dapat menciptakan seniman yang memiliki kekhasan dalam karya
maupun pikirannya. Selain itu dapat juga menunjukkan eksistensi kekayaan seni
rupa Indonesia.
A Few Indonesian’s Graphic Designer with His/her Works
Setelah berbicara tentang perkembangan desain grafis di
Indonesia, maka kita tidak dapat lepas dari beberapa desainer grafis Indonesia
yang sudah mendunia sekarang ini. Berikut ini adalah beberapa desainer grafis
yang telah mendunia.
1. Rahadil Hermana
Hermana atau Bodil, begitulah ia akrab dipanggil adalah
seorang desainer grafis Indonesia yang berasal dari Malang, Jawa Timur.
Kekhasan gaya desainnya adalah detail dan banyak memainkan teknik pointilisme
(titik-titik). Karya-karya desain yang ia ciptakan banyak digunakan oleh
kelompok-kelompok music dan merek-merek pakaian diberbagai negara berkat
pengaruh punk rock.
Ia mengatakan bahwa tradisi dan budaya Indonesia yang kaya
itulah yang memunculkan inspirasi dalam karya-karya yang ia ciptakan. Tradisi
dan budaya yang unik itulah yang menjadi aspek terbaik dari hasil kreasi yang
ia ciptakan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Barong, sebuah karya yang
terinspirasi dari karakter mitologi dari budaya Bali.
Bodil juga mengungkapkan bahwa karyanya banyak terinspirasi
dari berbagai kultural selain musk punk rock yang sering ia dengarkan. Oleh
sebab itu, bukan tidak mungkin karyanya dapat menjadi karya hasil pencampuran
berbagai budaya dari seluruh dunia.
2. Bayu “Bayo Gale” Santoso
Bayu Santoso, atau yang lebih dikenal sebagai Bayo Gale
merupakan salah satu desainer grafis Indonesia yang tidak dapat dipandang
sebelah mata. Ketika ia masih berumur 19 tahun dan masih menempuh studi di
Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta, ia berhasil memenangkan kontes
bergengsi mendesain album “V” milik band internasional, Maroon 5. Ia
menggunakan wajah harimau sebagai dasar dan memilki motif huruf “V” yang sangat
jelas terlihat di wajahnya. Konsepnya menggunakan unsur barat dan ornament
nusantara, yaitu motif ukiran hayati tradisional.
3. Henricus Kusbiantoro
Merupakan lulusan ITB yang merupakan salah satu desainer
grafis top Indonesia. Henri terkait erat dengan salah satu perusahaan pionir
terkemuka sebagai konsultan merek dan logo yang berpusat di San Fransisco,
America Serikat, yaitu Landor dan menjadi salah satu art director di sana. Pernah bersekolah di Pratt Institute,
Brooklyn, New York dan lulus pada tahun 2000 dengan predikat highest
achievement. Bahkan saat masih bersekolah, ia sempat bekerja di Pushpin Studio
yang didirikan oleh Seymor Chwast, desainer grafis legendaris AS. Henri
merupakan perancang logo I Love New
York, Milton Glaser. Setelah lepas dari Pushpin Studio, ia melanjutkan
bekerja di Chermayeff & Geismar. Ia merancang logo Emmy Award, Japan
Airlanes, Guggenheim Foundation, dan Food Network Channel. Ia pernah mendapat
PHK, namun sebulan kemudia, ia kembali diterima di Wolff Olins setelah di
telepon oleh Direktur Kreatif Douglas Sellers yang sedang membuka kantor di New
York. Ia bergabung menjadi desainer untuk proyek revitalisasi General Electric
(GE).
4. Rini Sugianto
Sebelumnya tidak pernah berpikiran menjadi desainer grafis,
namun pada tahun 2001 ia melakukan perjalanan ke AS dan belajar animasi dan
visual efek di Academy of Art University. Setelah lulus, ia sempat intern di
Stormfront Studio, Offset Software, dan Blur Studio. Setelah itu Rini bekerja
di WETA Digital, perusahaan efek visual yang berbasis di Wellington, Selandia
Baru. Ia pernah menggarap film The Adventure of Tintin: The Secret of Unicorn,
The Avengers, The Hobbit of Smaug, dan menggarap proyek film Teenage Mutant
Ninja Turtle (TMNT) saat ia bekerja di Industrial Light & Magic di San
Fransisco.
5. Andre Surya
Lahir di Jakarta, 1 Oktober 1984, dan merupakan lulusan
Desain Komunikasi Visual di Universitas Tarumanegara. Ia merupakan salah satu
digital artist asal Indonesia di Industrial Light & Magic (ILM) Lucasfilm
yang didirikan oleh George Lucas pada tahun 1971. Merupakan pemenang Future
World Contest dengan karyanya City of Enhasa. Ia pernah menggarap beberapa
film, seperti Ironman, Ironman 2, Star Trek, Terminator Salvation, Indiana
Jones and The Kindom of Crystal Skull, Surrogates, dan Transformers II: Revenge
of The Fallen. Ia saat ini telah mendirikan sekolah animasi bernama Enspire
School of Digital Art yang berlokasi di Jakarta Barat.
Graphic Designer Jobs and the Salary
Banyak hal yang desainer grafis lakukan. Namun, intinya
mereka memberikan solusi dari beberapa masalah yang klien mereka dapatkan.
Mereka akan mencoba memberikan solusi dala bentuk desain visual komunikasi pada
klien mereka masing-masing. Secara spesifik, yang mereka kerjakan adalah
mendesain komunikasi visual, biasanya iklan dan sebagainya jika di suatu
perusahaan, dan membuat komunikasi visual yang ia ciptakan benar-benar dapat
menjaring user atau pengguna baru.
Terdengar sederhana, namun biasanya pekerjaan yang mereka
lakukan tidak sesederhana itu. Logo, tulisan, ilustrasi, maupun website yang
mereka desain haruslah sesuai dengan kebutuhan klein. Oleh sebab itu,
pengetahuan yang luas, kreativitas, dan skill untuk menuangkan ide itulah yang
sangat dibutuhkan oleh seorang desainer grafis. Semakin desain yang ia ciptakan
memberitahu makna dari ide seorang desainer tersebut, semakin professional dan
kreatif lah desainer grafis itu.
Gaji yang didapatkan oleh desainer grafis di Indonesia
terbilang lumayan besar. Untuk pekerjaan yang mendesain suatu logo atau
website, maka gaji yang diberikan dapat
dikatakan pas. Menurut website Glassdoor.com , gaji yang diberikan pada seorang desainer grafis berkisar antara Rp2,900,000 – Rp8,270,000 tergantung
dari perusahaan tempat bekerja.
Selain itu, menurut PayScale.com, gaji yang didapatkan
seorang desainer grafis di Indonesia berkisar Rp35,581,004 – Rp202,734,850 dengan bonus hingga Rp15,000,000. Maka dari itu, median
gaji yang didapat seorang desainer grafis di Indonesia dapat mencapai Rp60,766,692 pertahun. Hal ini juga
bergantung pada skill yang dimiliki, misalnya dapat menggunakan Adobe Photoshop
atau Illustrator dengan baik, maka gaji yang didapat bisa menjadi lebih banyak.
Angka yang lumayan tinggi bukan?
Become a Graphic Designer
Setelah mengetahui beberapa hal tentang desain grafis dan
pekerjaannya, saatnya kita sampai pada bagian terakhir. Bagian ini
mengkhususkan untuk sobat FB yang ingin menjadi desainer grafis. Beberapa tips
yang dapat digunakan untuk menjadi seorang desainer grafis, salah satu
pekerjaan yang sangat unik dan terlihat menyenangkan. Nah, berikut ini adalah
beberapa tips untuk dilakukan saat ingin menjadi desainer grafis atau memulai
pekerjaan sebagai desainer grafis.
Tips yang pertama adalah dapat beradaptasi. Desainer grafis
professional ada untuk memecahkan masalah dan pemberi solusi dalam bentuk
desain. Desainer grafis harus dapat memberikan solusi yang tetap bagi seorang
klien yang meminta bantuan desainer grafis tadi. Karena itu, pengetahuan yang
luas tentang seni desain grafis sangat diperlukan. Hal ini terjadi tidak lain
karena kebutuhan klien yang berbeda-beda setiap orangnya. Hal ini juga yang
membuat pekerjaan desain grafis menjadi sedikit berat. Maka dari itu,
belajarlah tentang berbagai ilmu desain grafis
untuk dapat menjadi bunglon yang baik bagi klien.
Tips kedua, memiliki dan terus mengasah skill dan menemukan
style sendiri. Walaupun sebelumnya saya mengatakan bahwa desainer grafis harus
dapat beradaptasi sesuai keinginan klien, namun disini kita juga harus tetap
memberikan style sendiri yang dimiliki. Namun jangan terlalu fanatic pada style
tersebut. Anggap saja style tersebut dapat menjadi pemanis dari karya desain
yang telah diciptakan. Selain itu, skill juga menjadi hal nomor satu yang harus
dimiliki seorang desainer grafis. Skill untuk mengoperasikan sebuah atau
beberapa software grafis, seperti software-software dari Adobe, Corel, dan
sebagainya. Namun skill yang baik tidak akan cukup bagus tanpa kreativitas.
Jadi, kreativitas harus dimiliki dan ditambahkan pada kemampuan atau skill
untuk menerjemahkan ide atau pikiran tadi pada bentuk seni grafis. Kesatuan
yang sempurna dan sangat indah!
Tips ketiga adalah bergabung dengan komunitas sehobi, dalam
hal ini adalah desainer grafis. Bergabung dengan komunitas yang memiliki hobi
yang sama akan membuat kita semakin dapat mengembangkan kemampuan dalam hobi
kita. Misalnya yang sekarang ini adalah desainer grafis. Jika kita dapat
bergabung dengan komunitas desain grafis di online ataupun offline, kita dapat
saling bertukar informasi, memberikan ide, mendiskusikan karya dan sebagainya
di komunitas ini. Itu adalah hal yang benar-benar berguna untuk mengembangkan
kemampuan desain apalagi untuk yang baru belajar. Namun akan lebih baik lagi
jika Anda tidak hanya mengikuti satu komunitas saja, ikutilah juga komunitas
lain, bahkan yang tidak berhubungan dengan desain juga tidak apa-apa.
Pertukaran pikiran di komunitas itu dapat menumbuhkan ide atau kreativitas baru
yang dapat membuat style sendiri yang semakin unik dan tidak terlihat monoton.
Tips keempat; cari, simpan, dan pelajari berbagai sumber
kreativitas. Banyak hal yang dapat Anda gunakan untuk mencairkan ide yang ada
di otak Anda. Salah satunya adalah mencari sumber ide. Sumber ide dapat
ditemukan di mana saja, mulai dari buku, majalah, gambar, internet, hingga
forum atau komunitas yang Anda ikuti. Semakin banyak sumber ide yang Anda
miliki, semakin mudah juga kreativitas tumbuh pada diri Anda, semakin mudah
juga Anda menemukan ide-ide brilian baru yang dapat menjadi sangat unik.
Selamat mencari ide!
Tips kelima, tetap belajar. Ya, kadang-kadang saat seseorang
yang telah menganggap dirinya sebagai professional tidak ingin belajar lagi. Ia
berpikir bahwa kakinya telah menginjak tempat di atas langit. Padahal, seorang
professional sejati tidak pernah bosan untuk belajar. Ia akan terus mencari dan
mencari berbagai hal baru yang tidak ia ketahui, bahkan dari ‘junior’ yang baru
mengenal dunia grafis. Untuk pembelajar baru, dapat menemukan berbagai tutorial untuk belajar desain grafis yang
dapat diakses dengan sangat mudah untuk menambah pengetahuan tentang
desain-desain yang up to date hingga hari ini.
Tips keenam dan tips terakhir, jangan menjadi kacang lupa
kulitnya, tetap berdoa, dan jagalah kesehatan. Tips terakhir ini adalah salah
satu tips yang benar-benar harus dilakukan. Banyak orang yang telah berhasil
terbang kadang lupa akan kulitnya sendiri. Oleh karena itu, janganlah menjadi
kacang yang lupa akan kulitnya. Tetaplah mau untuk mengajari orang-orang yang
baru mengenal desain grafis, siapa tahu dari pengajaran yang dilakukan, Anda
mendapatkan informasi yang ternyata dulu pernah terlewat dan tidak Anda
ketahui. Selain itu, semua perbuatan tidak akan berhasil tanpa campur tangan
Tuhan. Itu mengapa, Anda harus tetap berdoa dan berusaha untuk meningkatkan
kemampuan dan skill dalam mendesain suatu grafis. Terakhir, jagalah kesehatan.
Sederhana, jika Anda tidak menjaga kesehatan, maka siapa yang akan membuat
desain atas nama Anda? Tidak ada! Maka itu, teruslah jaga kesehatan saat
mencoba menyelesaikan suatu proyek desain agar karya yang Anda ciptakan menjadi
karya yang ‘sempurna’ tanpa banyak kesalahan.
Closing
Demikian artikel yang berjudul “All About Graphic Design.”
Artikel ini saya coba bagikan untuk menambah pengetahuan umum tentang desain,
dan dalam hal ini desain grafis. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena
perkembangan industry kreatif Indonesia mengalami kenaikan yang signifikat. Akan
menjadi hal yang benar-benar keren jika akhirnya ada idustri film yang
menggunakan desain grafis atau special efek yang menjadi sangat besar dan
sekelas dunia yang berasal dari Indonesia yang dimulai dari seorang desainer
grafis Indonesia yang menyampaikan idenya. Majulah dunia desain Indonesia,
majulah Indonesia.
Komentar